A.
MASA DISINTEGRASI (1000M -1250M )
Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan
pembinaanperadaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalanpolitik itu,
propinsi-propinsi tertentu di pinggiranmulai lepas dari genggaman penguasa Bani
Abbas, dengan berbagai cara di antaranya pemberontakan yang dilakukanoleh
pemimpin lokal dan mereka berhasil memperolehkemerdekaan penuh.Disintegrasi
dalam bidang politik sebenarnya sudah mulaiterjadi di akhir zaman Bani Umayyah.
Akan tetapiberbicara tentang politik Islam dalam lintasan sejarah,akan terlihat
perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyahdengan pemerintahan Bani Abbas.
Wilayah kekuasaan BaniUmayyah, mulai dari awal berdirinya sampai
masakeruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayahkekuasaan Islam. Hal ini
tidak seluruhnya benar untukditerapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaandinasti
ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruhAfrika Utara, kecuali Mesir yang
bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan
dalamkenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah.
Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah
kekuasaangubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannyadengan khilafah
ditandai dengan pembayaran upeti.Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah
sudah cukuppuas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsitertentu, dengan
pembayaran upeti itu. Alasannya, pertamamungkin para khalifah tidak cukup kuat
untuk membuatmereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa Bani Abbas
lebihmenitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaandaripada politik dan
ekspansi.Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaanperadaban dan
kebudayaan Islam daripada persoalan politikitu, propinsi-propinsi tertentu di
pinggiran mulai lepasdari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadidalam
salah satu dari dua cara: Pertama, seorang pemimpinlokal memimpin suatu
pemberontakan dan berhasilmemperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayyah
diSpanyol dan Idrisiyyah di Marokko. Kedua, seseorang yangditunjuk menjadi
gubernur oleh khalifah, kedudukannyasemakin bertambah kuat, seperti Daulah
Aghlabiyah diTunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.Kecuali Bani Umayyah di
Spanyol dan Idrisiyyah diMarokko, propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap
patuhmembayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabildan khalifah mampu
mengatasi pergolakan-pergolakan yangmuncul. Namun pada saat wibawa khalifah
sudah memudarmereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Merekabukan saja
menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapibeberapa di antaranya bahkan berusaha
menguasai khaljfahitu sendiri.Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan
Bani Abbasmulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena inimungkin
bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yangmemiliki kekuatan militer di
propinsi-propinsi tertentuyang membuat mereka benar-benar independen.
Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami
kemunduran.Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakanorang-orang
profesional di bidang kemiliteran, khususnyatentara Turki dengan sistem
perbudakan baru sepertidiuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer
Turkiini, dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadiancaman besar terhadap
kekuasaan khalifah. Apalagi padaperiode pertama pemerintahan Dinasti Abbasiyah,
sudahmuncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti
Arab).Gerakan inilah yang banyakmemberikan inspirasi terhadap gerakan politik,
di sampingpersoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifahtidak sadar
akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaandan aliran keagamaan itu, sehingga
meskipun dirasakandalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalamkesusastraan
dan karya-karya ilmiah, mereka tidakbersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme
tersebut,bahkan ada di antara mereka yang justru melibatkan diridalam konflik
kebangsaan dan keagamaan itu.Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri
darikekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, diantaranya adalah:
1.
Yang berbangsa Persia:
a. Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H/
820-872 M).
b. Shafariyah di Fars (254-290 H/ 868-901
M).
c. Samaniyah di Transoxania (261-389 H/ 873-998
M).
d. Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H/
878-930 M).
e. Buwaihiyyah bahkan menguasai Baghdad
(320-447 H/ 932-1055 M).
2.
Yang berbangsa Turki:
a. Thuluniyah di Mesir (254-292 H/ 837-903
M).
b. Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/
932-1163 M).
c. Ghaznawiyah di Afghanistan (351-585 H/
962-1189 M).
d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
Seljuk besar, atau seljuk Agung,
didirikan oleh Ruknal-Din Abu Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn
Tuqaq.
·
Seljuk ini menguasai Baghdad danmemerintah selama sekitar 93
tahun (429-522H/ 1037-1127 M).
·
Seljuk Kinnan di Kirman (433-583 H/ 1040-1187 M).
·
Seljuk Syria atau Syam di Syria (487-511 H/ 1094-1117M).
·
Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/ 1117-1194 M).
·
Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia Kecil (470-700 H/
1070-1299 M).
3.
Yang berbangsa Kurdi:
a.
al-Barzuqani (348-406 H/ 959-1015 M).
b.
Abu ‘Ali, (380-489 H/ 990-1095 M).
c.
Ayyubiyah (564-648 H/ 1167-1250 M)
4.
Yang berbangsa Arab:
a.
Idrisiyyah di Maroko (172-375 H/ 788-985 M).
b.
Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/ 800-900 M).
c.
Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/ 825-898 M).
d.
‘Alawiyah di Tabaristan (250-316 H/ 864-928 M).
e.
Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil,(317-394 H/ 929-1002 M).
f.
Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H/ 1011-1150 M).
g.
Ukailiyyah di Maushil (386-489 H/ 996-1 095 M).
h.
Mirdasiyyah di Aleppo (414-472 H/ 1023-1079 M).
5.
Yang mengaku dirinya sebagai khilafah:
a.
Umawiyah di Spanyol
b.
Fathimiyah di Mesir.
Dari
latar belakang dinasti-dinasti itu, nampak jelasadanya persaingan antarbangsa,
terutama antara Arab,Persia dan Turki. Di samping latar belakang
kebangsaan,dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham keagamaan, ada yang
berlatar belakang Syi'ah ada yang sunni.
Faktor-faktor
penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada periode ini, sehingga
banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
·
Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah
sementarakomunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.Bersamaan dengan itu,
tingkat saling percaya di kalanganpara penguasa dan pelaksana pemerintahan
sangat rendah.
·
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata,ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi
·
Keuangan negara sangat sulit karena biaya yangdikeluarkan
untuk tentara bayaran sangat besar. Padasaat kekuatan militer menurun, khalifah
tidak sanggupmemaksa pengiriman pajak ke Baghdad
DINASTI-DINASTI
KECIL DI BARAT BAGHDAD
·
Dinasti
Fatimiah merupakan sebuah dinasti yang didirikan di benua Afrika pada
penghujung tahun 200 an Hijriah atau sekitar tahun 910 Masehi, dinasti ini
berpahaman syiah, dari permulaan pembentukannya dinasti ini bertujuan untuk
menjalankan ideologi syiah dan ingin melepaskan diri dari kekuasaan Daulah
Abbasiah di Baghdad yang berideologi Sunnah.
·
Kondisi politik
dunia Islam ketika Dinasti Fatimiah didirikan agak sedikit tidak terkendali,
hal ini bisa di lihat dengan munculnya banyak dinasti-dinasti kecil di berbagai
belahan dunia baik di timur dan barat Baghdad.
·
Di barat
Baghdad ada, Dinasti Idrisi di Maroko (172-375 H / 788 M-985 M), Dinasti
Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908 M), Dinasti Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868
M-967 M), Dinasti Ikhsyidi (323 H- 357 H / 934 M-967 M), Dinasti Hamdaniah (317
H – 399 H / 929 M – 1009 M).
·
Di timur
Baghdad diantaranya: Dinasti Tahiri (200 H-259 H / 820 M-872 M), Dinasti Safari
(254 H-289 H / 867 M-903 M), Dinasti Samani (261 H-389 H / 874 M-999 M), dan
Dinasti Ghazwani.
·
A. Dinasti di
Barat Baghdad.
·
a. Dinasti
Idrisi di Maroko (172 H-375 H / 788 M-985 M)
·
Kerajaan ini
didirikan oleh Indris bin Abdullah, cucu Hasan putra Ali. Dia adalah salah
seorang tokoh bani Alawiyyin (nisyah Ali bin Abu Thalib). Pada tahun 172 H/788
M, Idris dilantik sebagai imam, dan terbentuklah kerajaan Idrisi dengan ibu
kota Walila. Namun masa pemerintahannya hanya bertahan selama 5 tahun.
·
Selanjutnya
Idris bin Idris bin Abdullah (Idris II) menggantikan ayahnya sebagai pemerintah
(177 H/793 M). Dengan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Fes sebagai Ibu kota
yang baru pada tahun 192 H.
·
Ketika Idris II
wafat, Pemerintahannya diganti oleh Muhammad Al-Muntashir (213 H / 828 M). Pada
masa ini, kerajaan Idrisi berpecah-pecah. Akibatnya kerajaan menjadi lemah,
terutama selepas Muhammad Al-Muntashir meninggal, pemerintahannya semakin
rapuh.
·
Kerajaan
indrisi adalah kerajaan Syiah pertama dalam sejarah. Zaman kerajaan Indrisi
(172-314 H/789-926 M) adalah suatu jangka waktu yang cukup lama dibandingkan
dengan kerajaan-kerajaan yang lain. Dalam aspek dakwahnya, Idrisi yang membawa
Islam dan mampu meyakinkan penduduk Marocco dan sekitarnya.
·
b. Dinasti
Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908 M).
·
Dinasti ini
didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab. Beliau adalah anak pegawai Khurasan, tentara
bani Abbasiyah. Pada tahun 179 H/795 M, Ibrahim mendapatkan hadiah di daerah
Tunisia dari Khalifah Harun Ar-Rasyid sebagai imbalan kepada jasa-jasanya dan
kepatuhannya membayar cukai tahunan.
·
Pada zaman
kepeimpinananya Ibrahim berjaya mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan
Idrisi, menjadikan kota Qairuwan sebagai ibu kota pemerintahan serta membangun
Al-Qadim. Ibrahim berjaya memadamkan pertikaian antara Kharijiyah dan barbar.
·
Dinasti Bani
Aghalab di perintah oleh 11 khalifah, antara lain:
·
1. Ibrahim (179
H/795 M)
·
2. Abdullah I
(197 H/812 M)
·
3.
Ziyaadatullah (210 H/817 M)
·
4. Abu Ilqal
Al-Aghlab (223 H/838 M)
·
5. Muhammad I
(226 H/841 M)
·
6. Ahmad (242
H/856 M)
·
7.
Ziyaadatullah II (248 H/863 M)
·
8. Abu
Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
·
9. Ibrahim II
(261 H/875 M)
·
10. Abdullah II
(289 H/902 M)
·
11.
Ziyaadatullah III (290-296 H/903-909 M)
·
c. Dinasti
Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M)
·
Kerajaan Tuluni
mewakili kerajaan pertama Mesir di Syiah yang memperoleh anatomi dari Baghdat.
Ahmad bin Tulun, seorang prajurit Turki. Oleh karena itu, Ahmad bin Tulun, di
besarkan dalam lingkungan tentara yang tegas dan disiplin.
·
Pada tahun 254
H/868 M, Ibn Tulun dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad
mengalami krisis, Ibn Tulun memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan
Baghdad.
·
Dalam membangun
negeri, beliau menciptakan stabilitas keamanan dalam negeri. Selepas itu ia
memperhatikan juga, di bidang ekonomi. Dalam bidang keamanan, ia membangun
angkatan perang, dengan kekuatan tentaranya, memperluas wilayahnya hingga ke
Syam.
·
Selepas Ibn
Tulun (279 H/884 M), kepemimpinan diteruskan oleh Khumarawaih (270 H/884 M),
Jaisy (282 H /896 M), Harun (283 H/896 M) dan Syaiban (292 H/905 M)
·
d. Dinasti
Ikhsyidi (323 H- 357 H / 934 M-967 M)
·
Pada tahun 232
H/935 M, panglima Turki bernama Muhammad bin Tughj dilantik sebagai pemerintah
di Mesir. Khalifah Ababsiah memberinya gelar Ikhsidi sebagai mengikhtiraf
kedudukan yang kuat.
·
Strategi yang
pertama ikhsidi adalah mengkokohkan angkatan perang. Beliau diberi tanggung
jawab mentadbir wilayah Syam. Ikhsidi meninggal dunia pada tahun 936 M.
·
Pemerintahannya
di tumbangkan oleh Jauhar Siqli dari kerajaan Fatimiah. Pada tahun 358 H/969 M,
kerajaan Ikhsidi berakhir .
·
Sejarah
sumbangan kerajaan ini , ilmu pengetahuan dan budaya, lahirlah ilmuan seperti
abu Ishaq al-Mawazi, Hasan ibn Rasyid al-Mishrivdll. Ikhsidi juga mewariskan
bangunan megah seperti Istana al-Mukhtar di Raudah dan Taman Bustan al-Kafuri
dll.
·
e. Dinasti
Hamdaniah (317 H – 399 H / 929 M – 1009 M)
·
Ketika kerajaan
Ikhsidi berkuasa di Utara Mesir, muncul kerajaan lain yaitu kerajaan Hamdani
yang berpaham Syiah. Nama kerajaan berasal dari nama pendirinya yaitu, Hamdan
ibn Hamdun, yang berasal dari suku arab Taghlib.
·
Kerajaan ini
terbagi menjadi dua pihak, Mosul dan Aleppo. Pihak mosul dengan para
pemerintahannya :
·
1. Abu al-Hayja
Abdullah (293 H/905 M)
·
2. Nashir al-Daulah
al-Hasan (17 H/929 M)
·
3. Uddad
al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M)
·
4. Ibrahim dan
Al-Husein (379-389 H/981-991 M)
·
Pihak alleppo
dengan pemerintahannya sepert :
·
1. Saif
al-daulah Ali (33 H/945)
·
2. Sa’d
al-daulah syarif I (356 H/967 M)
·
3. Sa’id
al-daulah sa’id (381 H/991 M)
·
4. Ali II (392
H /1002 M)
·
5. Syarif II
(394 H/1004 M)
·
Selepas tahun
356 H dan 358 H, kerajaan Hamdani merosot dari tangan-tangan penggantinya. Pada
umumnya mereka saling berebut kekuasaan antara keluarga sendiri. Akibatnya
mereka jatuh ketangan Kerajaan Fatamiah.
·
Kerajaan
Hamdani terkenal sebagai pelindung sastera arab terutama Saif al-Daulah.
Beberapa tokoh ternama seperti al-Farabi, Al-Isfahani dan Abu al-Firus.
Kerajaan Hamdani adalah benteng kekuatan dari pada serangan Rom ke wilayah
kekuasaan islam
B Masa Disintegrasi Perebutan Kekuasaaan di Pusat pemerintahan
Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbasmenurun
adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan,dengan membiarkan jabatan
tetap dipegang Bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan
keagamaanyang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi, sedangkankekusaan
dapat didirikan di pusat maupun daerah yang jauhdari pusat pemerintahan dalam
bentuk dinasti-dinastikecil yang merdeka.Faktor lain yang menyebabkan peran
politik Bani Abbasmenurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan.Hal
ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya.
Tetapi apa yang terjadipada pemerintahan Abbasiyah berbeda dengan yang terjadisebelumnya.Nabi
Muhammad SAW memang tidak menentukan bagaimana carapergantian pimpinan setelah
ditinggalkannya. Beliaunampaknya, menyerahkan masalah ini kepada kaum
musliminsejalan dengan jiwa kerakyatan yang berkembang dikalangan masyarakat
Arab dan ajaran syura dalam Islam.Dalam perkembangan selanjutnya, proses
suksesikepemimpinan politik dalam sejarah Islam berbeda-beda
dari satu masa ke masa yang lain. Ada yang
berlangsungaman dan damai, tetapi sering juga melalui konflik danpertumpahan
darah akibat ambisi tak terkendali daripihak-pihak tertentu. Setelah Nabi
wafat, terjadipertentangan pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar dibalai
kota Bani Sa'idah di Madinah. Masing-masinggolongan berpendapat bahwa
kepemimpinan harus berada dipihak mereka, atau setidak-tidaknya
masing-masinggolongan mempunyai pemimpin sendiri. Akan tetapi, karenapemahaman
keagamaan mereka yang baik dan semangatmusyawarah dan ukhuwah yang tinggi
perbedaan itu dapatdiselesaikan, Abu Bakar terpilih menjadi
khalifah.Pertumpahan darah pertama dalam Islam karena perebutankekuasaan
terjadi pada masa kekhalifahan ‘Ali bin AbiThalib. Pertama-tama Ali menghadapi
perlawanan Thalhah,Zubair, dan Aisyah. Alasan perlawanan itu adalah ‘Alitidak
mau menghukum para pembunuh ‘Utsman, dan merekamenuntut bela terhadap darah
‘Utsman yang ditumpahkansecara zalim.Hal yang sama juga terjadi pada masa
pemerintahan BaniUmayyah di Damaskus. Pemberontakan-pemberontakan
seringterjadi, di antaranya pemberontakan Husain ibn Ali,Syi'ah yang dipimpin
oleh al-Mukhtar, ‘Abdullah ibnZubair, dan terakhir pemberontakan Bani Abbas
yang untukpertama kalinya menggunakan nama gerakan Bani Hasyim.Pemberontakan
terakhir ini berhasil dan kemudianmendirikan pemerintahan baru yang diberi nama
KhilafahAbbasiyah atau bani Abbas.Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan
kekuasaanseperti itu juga terjadi, terutama di awal berdirinya.Akan tetapi,
pada masa-masa berikutnya, seperti terlihatpada periode kedua dan seterusnya,
meskipun khalifahtidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatankhilafah
dari tangan Bani Abbas. Yang ada hanyalah usahamerebut kekuasaannya dengan
membiarkan jabatan khalifahtetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena
khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yangsakral
dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkankekuasaan dapat didirikan di pusat
maupun di daerah yangjauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk
dinasti-dinastikecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebutkekuasaan
tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikanboneka yang tak bisa berbuat
apa-apa. Bahkan merekalahyang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai
dengankeinginan politik mereka.Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang
Turki padaperiode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/ l055 M),Daulah
Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih.Kehadiran Bani Buwaih berawal
dari tiga orang putera AbuSyuja' Buwaih, pencari ikan yang tinggal di
daerahDailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar daritekanan kemiskinan,
tiga bersaudara ini memasuki dinasmiliter yang ketika itu dipandang banyak
mendatangkan rezeki. Pada mulanya mereka bergabung dengan pasukanMakan ibn
Kali, salah seorang panglima perang daerahDailam. Setelah pamor Makan ibn Kali
memudar, merekakemudian bergabung dengan panglima Mardawij ibn
Zayyaral-Dailamy. Karena prestasi mereka, Mardawij mengangkat‘Ali menjadi
gubernur al-Karaj, dan dua saudaranya diberikedudukan penting lainnya. Dari al-
Karaj itulah ekspansikekuasaan Bani Buwaih bermula. Pertama-tama ‘Ali
berhasilmenaklukkan daerah-daerah di Persia dan menjadikan Syirazsebagai pusat
pemerintahan. Ketika Mardawij meninggal,Bani Buwaih yang bermarkas di Syiraz
itu berhasilmenaklukkan beberapa daerah di Persia seperti Ray,Isfahan, dan
daerah-daerah Jabal. ‘Ali berusaha mendapatlegalisasi dari Khalifah Abbasiyah,
al-Radhi Billah danmengirimkan sejumlah uang untuk perbendaharaan negara.
Iaberhasil mendapatkan legalitas itu. Kemudian ia melakukanekspansi ke Irak,
Ahwaz, dan Wasith.Dari sini tentara Buwaih menuju Baghdad untuk
merebutkekuasaan di pusat pemerintahan. Ketika itu, Baghdad sedang dilanda
kekisruhan politik, akibat perebutanjabatan Amir al-Umara antara wazir dan
pemimpin militer.Para pemimpin militer meminta bantuan kepada Ahmad ibnBuwaih
yang berkedudukan di Ahwaz. Permintaan itudikabulkan. Ahmad dan pasukannya tiba
di Baghdad padatanggal Jumadil-Ula 334 H/ 945 M. Ia disambut baik olehkhalifah
dan langsung diangkat menjadi Amirul-Umara,penguasa politik negara, dengan
gelar Mu'izz al-Daulah.Saudaranya, ‘Ali yang memerintah di bagian selatan
Persiadengan pusatnya di Syiraz diberikan gelar Imad al-Daulah,dan Hasan yang
memerintah di bagian utara, Isfahan danRay, dianugerahi gelar Rukn al-Daulah.
Sejak itu,sebagaimana terhadap para pemimpin militer Turkisebelumnya, para
khalifah tunduk kepada Bani Buwaih. Padamasa pemerintahan Bani Buwaih ini, para
khalifahAbbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan
sepenuhnya berada di tangan amir-amir BaniBuwaih. Keadaan khalifah lebih buruk
daripada masasebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganutaliran
Syi'ah, sementara Bani Abbas adalah Sunni. Selamamasa kekuasaan Bani Buwaih
sering terjadi kerusuhanantara kelompok Ahlussunnah dan Syi'ah,
pemberontakantentara dan sebagainya.Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaih
memindahkan markaskekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Mereka membangun
gedungtersendiri di tengah kota dengan nama Daral Mamlakah.Meskipun demikian,
kendali politik yang sebenarnya masihberada di Syiraz, tempat ‘Ali ibn Buwaih
(saudara tertua)bertahta. Dengan kekuatan militer Bani Buwaih, beberapadinasti
kecil yang sebelumnya memerdekakan diri dariBaghdad, seperti Bani Hamdan di
wilayah Syria dan Irak,Dinasti Samaniyah, dan Ikhsyidiyah, dapat
dikendalikankembali dari Baghdad. Sebagaimana para khalifah Abbasiyahperiode
pertama, para penguasa Bani Buwaih mencurahkanperhatian secara langsung dan
sungguh-sungguh terhadappengembangan ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Pada
masaBani Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar, diantaranya al-Farabi (w.
950 M), Ibn Sina (980-1037 M),
al-Farghani, Abdurrahman al-Shufi (w. 986 M), IbnMaskawaih
(w. 1030 M), Abu al-'Ala al-Ma'arri (973-1057M), dan kelompok Ikhwan al-Shafa.
Jasa Bani Buwaih jugaterlihat dalam pembangunan kanal-kanal,
masjid-masjid,beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum lainnya.Kemajuan
tersebut diimbangi dengan laju perkembanganekonomi, pertanian, perdagangan, dan
industri, terutamapermadani.Kekuatan politik Bani Buwaih tidak lama bertahan.
Setelahgenerasi pertama tiga bersaudara tersebut, kekuasaanmenjadi ajang
pertikaian di antara anak-anak mereka.Masing-masing merasa paling berhak atas
kekuasaan pusat.Misalnya, pertikaian antara 'Izz al-Daulah Bakhtiar,putra
Mu'izz al-Daulah dan 'Adhad al-Daulah, putera Imadal-Daulah dalam perebutan
jabatan amir al-umara.Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan Bani Buwaih
inimerupakan salah satu faktor internal yang membawakemunduran dan kehancuran
pemerintahan mereka. Faktorinternal lainnya adalah pertentangan dalam tubuh
militer,antara golongan yang berasal dari Dailam dengan keturunanTurki. Ketika
Amir al-Umara dijabat oleh Mu'izz al-Daulahpersoalan itu dapat diatasi, tetapi
manakala jabatan itudiduduki oleh orang-orang yang lemah, masalah
tersebutmuncul ke permukaan, mengganggu stabilitas danmenjatuhkan wibawa
pemerintah.Sejalan dengan makin melemahnya kekuatan politik BaniBuwaih, makin
banyak pula gangguan dari luar yang membawakepada kemunduran dan kehancuran
dinasti ini. Faktor-faktor eksternal tersebut di antaranya adalah
semakingencarnya serangan-serangan Bizantium ke dunia Islam, dan semakin
banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskandiri dari kekuasaan pusat di
Baghdad. Dinasti-dinasti ituantara lain dinasti Fathimiyah yang
memproklamasikandirinya sebagai pemegang jabatan khalifah di Mesir,Ikhsyidiyah
di Mesir dan Syria, Hamdan di Aleppo danlembah Furat, Ghaznawi di Ghazna dekat
kabul, dan Dinasti
Seljuk yang berhasil merebut kekuasaan dari tangan
BaniBuwaih.Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk bermuladari
perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malikal-Rahim memegang jabatan
Amir al-Umara, kekuasaan itudirampas oleh panglimanya sendiri Arselan
al-Basasiri.Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiriberbuat
sewenang-wenang terhadapal al-Malikal Rahim danKhalifah al-Qaim dari Bani
Abbas; bahkan dia mengundangKhalifah Fathimiyah (al-Mustanshir), untuk
menguasaiBaghdad. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuankepada Tughril Bek
dari Dinasti Seljuk yang berpangkalandi negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember
1055 M/ 447 Hpimpinan Seljuk itu memasuki Baghdad. Al-Malik al-Rahim,Amir
al-Umara Bani Buwaih yang terakhir, dipenjarakan.Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Bani Buwaih danbermulalah kekuasaan Dinasti Seljuk. Pergantian
kekuasaanini juga menandakan awal periode keempat KhilafahAbbasiyah. Dinasti Seljuk
berasal dari beberapa kabilahkecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada
abadkedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arahbarat menuju
Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu merekabelum bersatu. Mereka dipersatukan
oleh Seljuk ibn Tuqaq.Karena itu, mereka disebut orang-orang Seljuk.
Padamulanya Seljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, rajadaerah Turkoman yang
meliputi wilayah sekitar Laut Arabdan Laut Kaspia. Seljuk diangkat sebagai
pemimpintentara. Pengaruh Seljuk sangat besar sehingga Raja Bequkhawatir
kedudukannya terancam. Raja bermaksudmenyingkirkan Seljuk.Namun sebelum rencana
itu terlaksana, Seljukmengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan
ataumemberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi kedaerah land, atau
disebut juga Wama Wara'a al-Nahar ,sebuah daerah muslim di wilayah
Transoxiana (antarasungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Merekamendiami
daerah ini atas izin penguasa Dinasti Samaniyah
yang
menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam denganmadzhab Sunni. Ketika
Dinasti Samaniyah dikalahkan olehdinasti Ghaznawiyah, Seljuk menyatakan
memerdekakan diri.Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasaioleh
Dinasti Samaniyah. Setelah Seljuk meninggal,kepemimpinan dilanjutkan oleh
anaknya, Israil. Namun,Israil dan kemudian penggantinya Mikail, saudaranya
dapatditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah. Kepemimpinanselanjutnya dipegang oleh
Thugrul Bek. Pemimpin Seljukterakhir ini berhasil mengalahkan Mas'ud
al-Ghaznawi,penguasa Dinasti Ghaznawiyah, pada tahun 429 H/ 1036 M,dan
memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelahkeberhasilan tersebut, Thugrul
memproklamasikanberdirinya Dinasti Seljuk. Pada tahun 432 H/ 1040 Mdinasti ini
mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah diBaghdad. Di saat kepemimpinan
Thugrul Bek inilah, DinastiSeljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi Bani
Buwaih.Sebelumnya, Thugrul berhasil merebut daerah-daerahMarwadan Naisabur dari
kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh,Urjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray, dan
Isfahan.Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah DinastiSeljuk
berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidangagama dikembalikan setelah
beberapa lama "dirampas"orang-orang Syi'ah. Meskipun Baghdad dapat
dikuasai,namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan.Thugrul Bek memilih
Naisabur dan kemudian Ray sebagaipusat pemerintahannya. Dinasti-dinasti kecil
yangsebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan DinastiSeljuk ini, kembali
mengakui kedudukan Baghdad, bahkanmereka terus menjaga keutuhan dan keamanan
Abbasiyahuntuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan madzhabSunni yang
dianut mereka.Sepeninggal Thugrul Bek (455 H/ 1063 M), Dinasti
Seljukberturut-turut diperintah oleh Alp Arselan (455-465 H/1063-1072),
Maliksyah (465-485 H/ 1072-1092), Mahmud(485-487 H/ 1092-1094 M), Barkiyaruq
(487-498 H/ 1094-1103), Maliksyah II (498 H/ 1103 M), Abu Syuja' Muhammad (498-511 H/ 11 03-1117 M), dan Abu Haris
Sanjar (511-522H/ 1117-1128 M). Pemerintahan Seljuk ini dikenaldengan nama al-Salajikah
al-Kubra (Seljuk Besar atauSeljuk Agung). Di samping itu, ada beberapa
pemerintahanSeljuk lainnya di beberapa daerah sebagaimana disebutkanterdahulu.
Pada masa Alp Arselan perluasan daerah yangsudah dimulai oleh Thugrul Bek
dilanjutkan ke arah baratsampai pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaituBizantium.
Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi iniadalah apa yang dikenal dengan
peristiwa Manzikart.Tentara Alp Arselan berhasil mengalahkan tentara Romawiyang
besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan
Armenia. Dengan dikuasainyaManzikart tahun 1071 M itu, terbukalah peluang
baginyauntuk melakukan gerakan penturkian (turkification) diAsia Kecil. Gerakan
ini dimulai dengan mengangkatSulaiman ibn Qutlumish, keponakan Alp Arselan,
sebagaigubernur di daerah ini. Pada tahun 1077 M (470 H),didirikanlah
Kesultanan Seljuk Rum dengan ibukotanyaIconim. Sementara itu putra Arselan,
Tutush berhasilmendirikan Dinasti Seljuk di Syria pada tahun 1094 M/ 487H.Pada
masa Maliksyah wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk inisangat luas, membentang dari
Kashgor, sebuah daerah diujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem. Wilayah
yangluas itu dibagi menjadi lima bagian:^ Seljuk Besar yang menguasai Khurasan,
Ray, Jabal, Irak,Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain.Jumlah
syah yang memerintah seluruhnya delapan orang.^ Seljuk Kirman berada di bawah
kekuasaan keluarga QawurtBek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syah
yangmemerintah dua belas orang.^ Seljuk Irak dan Kurdistan, pemimpin pertamanya
adalahMughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turutdiperintah oleh
sembilan syah.
Seljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn AlpArselan
ibn Daud ibn Mikail ibn Seljuk, jumlah syah yangmemerintah lima orang. Seljuk
Rum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibnIsrail ibn Seljuk dengan jumlah syah
yang memerintahseluruhnya 17 orang.Di samping membagi wilayah menjadi lima,
dipimpin olehgubernur yang bergelar Syah atau Malik itu, penguasaSeljuk juga
mengembalikan jabatan perdana menteri yangsebelumnya dihapus oleh penguasa Bani
Buwaih. Jabatan inimembawahi beberapa departemen.Pada masa Alp Arselan, ilmu
pengetahuan dan agama mulaiberkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan
MalikSyah yang dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk.Perdana menteri
ini memprakarsai berdirinya UniversitasNizhamiyah (1065 M) dan Madrasah
Hanafiyah di Baghdad.Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikancabang
Nizhamiyah. Menurut Philip K. Hitti, UniversitasNizhamiyah inilah yang menjadi
model bagi segalaperguruan tinggi di kemudian hari.Perhatian pemerintah
terhadap perkembangan ilmupengetahuan melahirkan banyak ilmuwan muslim
padamasanya. Di antara mereka adalah al-Zamakhsyari dalambidang tafsir, bahasa,
dan teologi; al-Qusyairy dalambidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali dalam bidang
teologi;dan Farid al-Din al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidangsastra.Bukan
hanya pembangunan mental spiritual, dalampembangunan fisik pun dinasti Seljuk
banyak meninggalkanjasa. Malik Syah terkenal dengan usaha pembangunan dibidang
yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan,irigasi dan jalan raya dibangunnya.
Setelah Sultan Malik Syah dan perdana menteri Nizham al-Mulk
wafat Seljuk Besar mulai mengalami masa kemundurandi bidang politik. Perebutan
kekuasaan di antara anggotakeluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan
diridari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antaranggotakeluarga melemahkan
mereka sendiri. Sementara itu,beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti
Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain,sedikit demi sedikit
kekuasaan politik khalifah jugakembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan
dinastiSeljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah padatahun 590 H/ l199
M.
C. MASA DISINTEGRASI
PERANG SALIB
Perang Salib terjadi pada tahun 1905, saat Paus UrbanusII
berseru kepada Umat Kristen di Eropa untuk melakukanperang suci, untuk
memperoleh kembali keleluasaanberziarah di Baitul Maqdis.Dalam gerakan ekspansi
yang dilakukan oleh Alp Arselanadalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071
M). TentaraAlp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalamperistiwa
ini berhasi1 mengalahkan tentara Romawi yangberjumlah 200.000 orang, terdiri
dari tentara Romawi,Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwabesar
ini menanamkan benih permusuhan dan kebencianorang-orang Kristen terhadap umat
Islam, yang kemudianmencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah
setelahDinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun471 H dari
kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukandi Mesir. Penguasa Seljuk
menetapkan beberapa peraturanbagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana.
Peraturanitu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperolehkembali
keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu,pada tahun 1095 M, Paus Urbanus
II berseru kepada umatKristen di Eropa supaya melakukan perang suci.
Perang
ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.
1. Periode PertamaPada musim semi tahun
1095 M; 150.000 orang Eropa,sebagian besar bangsa Perancis dan Norman,
berangkatmenuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. TentaraSalib yang
dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymondini memperoleh kemenangan besar.
Pada tanggal 18 Juni1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098
Mmenguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikankerajaan Latin I dengan
Baldawin sebagai raja. Padatahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea
danmendirikan Kerajaan Latin II di Timur. Bohemond dilantikmenjadi rajanya.
Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan
Kerajaan LatinIII dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis
itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya.Mereka menguasai kota Akka (1104 M),
Tripoli (1109 M)dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikanKerajaan
Latin IV, Rajanya adalah Raymond
2. Periode Kedua maduddin Zanki,
penguasa Moshul dan Irak, berhasilmenaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan
Edessa padatahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnyadilanjutkan oleh
putranya, Najmuddin Zanki. Najmuddinberhasil merebut kembali Antiochea pada
tahun 1149 M danpada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Kejatuhan
Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristenmengobarkan Perang Salib kedua. Paus
Eugenius IIImenyampaikan perang suci yang disambut positif oleh rajaPerancis
Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanyamemimpin pasukan Salib untuk
merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat
olehNajmuddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasukiDamaskus. Louis VII dan
Condrad II sendiri melarikandiri pulang ke negerinya. Najmuddin wafat tahun
1174 M.Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang
berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah diMesir tahun 1175 M. Hasil peperangan
Shalahuddin yangterbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun1187 M.
Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalemyang berlangsung selama 88 tahun
berakhir.Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangatmemukul perasaan
tentara salib. Mereka pun menyusunrencana balasan. Kali ini tentara salib
dipimpin olehFrederick Barbarossa raja Jerman, Richard the Lion Hartraja
Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis. Pasukanini bergerak pada tahun 1189
M. Meskipun mendapattantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasilmerebut
Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaanLatin. Akan tetapi mereka tidak
berhasil memasukiPalestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuatperjanjian
antara tentara salib dengan Shalahuddin yangdisebut dengan Shulh al-Ramlah.
Dalam perjanjian inidisebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergiberziarah ke
Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
3. Periode Ketiga Tentara Salib pada
periode ini dipimpin oleh rajaJerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha
merebutMesir lebih dahulu sebelum ke Palestina dengan harapandapat bantuan dari
orang-orang Kristen Qibthi. Padatahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat.
RajaMesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu al-Malik al-Kamilmembuat penjanjian
dengan Frederick. Isinya antara lainFrederick bersedia melepaskan Dimyat,
sementara al-Malikal-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjaminkeamanan
kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di
Syria. Dalamperkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembalioleh kaum
muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahanal-Malik al-Shalih, penguasa Mesir
selanjutnya. KetikaMesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikanposisi
Dinasti Ayyubiyah, pimpinan perang dipegang olehBaybars dan Qalawun. Pada masa
merekalah Akka dapatdirebut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291
M.Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perangini tidak berhenti di
Barat, di Spanyol, sampai umatIslam terusir dari sana.Walaupun umat Islam
berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian
yang merekaderita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi diwilayahnya.
Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatanpolitik umat Islam menjadi lemah.
Dalam kondisi demikianmereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecahbelah.
Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri daripemerintahan pusat Abbasiyah di
Baghdad
D. MASA DISINTEGRASI
SEBAB- SEBAB KEMUNDURAN PEMERINTAHAN
BANI ABBASIYAH
Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahanperiode
pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya,pada masa berikutnya
pemerintahan dinasti ini mulaimenurun, terutama di bidang politik. Di mana
salah satusebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewahdan kelemahan
khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk
atas Baghdad atauKhilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima.Pada
periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu
dinasti tertentu, walaupun banyaksekali dinasti Islam berdiri. Ada di antaranya
yang cukupbesar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. ParaKhalifah
Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali,tetapi hanya di Baghdad dan
sekitarnya. Wilayah kekuasaankhalifah yang sempit ini menunjukkan
kelemahanpolitiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartarmenyerang
Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurluluhkan tanpa perlawanan yang
berarti.Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol iniawal babak baru
dalam sejarah Islam, yang disebut masapertengahan.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi Khilafah Abbasiyah,
masa kemunduran dimulai sejak periode kedua.Namun demikian, faktor-faktor
penyebab kemunduran itutidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya
sudahterlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah padaperiode ini
sangat kuat, benih-benih itu tidak sempatberkembang. Dalam sejarah kekuasaan
Bani Abbas terlihatbahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderungberperan
sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jikakhalifah lemah, mereka akan berkuasa
mengatur rodapemerintahan.
Di
samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yangmenyebabkan Khilafah
Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu
sama lain.Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Persaingan
Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh
Bani Abbas yangbersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuandilatarbelakangi
oleh persamaan nasib kedua golongan itupada masa Bani Umayyah berkuasa.
Keduanya sama-samatertindas. Setelah Khilafah Abbasiyah berdiri, DinastiBani
Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. MenurutStryzewska, ada dua sebab
dinasti Bani Abbas memilihorang-orang Persia daripada orang-orang Arab.
Pertama,sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan BaniUmayyah. Pada masa itu
mereka merupakan warga kelassatu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah
belahdengan adanya nashabiyah (kesukuan). Dengan demikian,Khilafah Abbasiyah
tidak ditegakkan di atas nashabiyahtradisional.
Meskipun
demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas.Mereka menginginkan sebuah
dinasti dengan raja danpegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa
Arabberanggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh merekaadalah darah (ras)
istimewa dan mereka menganggap rendahbangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain
itu wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periodepertama sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yangberbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia,Turki
dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit.Kecuali Islam, pada waktu itu
tidak ada kesadaran yangmerajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebutdengan
kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban,muncul juga fanatisme
bangsa-bangsa lain yang melahirkangerakan syu'ubiyah.Fanatisme kebangsaan ini
nampaknya dibiarkan berkembangoleh penguasa. Sementara itu, para khalifah
menjalankansistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atauTurki
dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasabdinasti dan mendapat gaji.
Oleh Bani Abbas, merekadianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini
telahmempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karenajumlah dan kekuatan
mereka yang besar, mereka merasabahwa negara adalah milik mereka; mereka
mempunyaikekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah.Kecenderungan
masing-masing bangsa untuk mendominasikekuasaan sudah dirasakan sejak awal
khalifah Abbasiyahberdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang
kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan,stabilitas politik dapat terjaga.
Setelah al-Mutawakkil,seorang khalifah yang lemah naik tahta, dominasi
tentaraTurki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan BaniAbbas sebenarnya
sudah berakhir. Kekuasaan berada ditangan orang-orang Turki. Posisi ini
kemudian direbutoleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga, dan
selanjutnya
beralih kepada dinasti Seljuk pada periodekeempat
2.
Kemerosotan EkonomiKhilafah Abbasiyah juga mengalami
kemunduran di bidangekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik.Pada
periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakanpemerintahan yang kaya. Dana
yang masuk lebih besar dariyang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan
harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj semacam
pajak hasil bumi.Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatannegara
menurun sementara pengeluaran meningkat lebihbesar. Menurunnya pendapatan negara
itu disebabkan olehmakin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya
terjadikerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat.diperingannya pajak dan
banyaknya dinasti-dinasti kecilyang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar
upeti.Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkanoleh kehidupan
para khalifah dan pejabat semakin mewah.Jenis pengeluaran makin beragam dan
para pejabatmelakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabilmenyebabkan
perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya,kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politikDinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling
berkaitan dantak terpisahkan.
3.
.Konflik Keagamaan Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan
persoalankebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidaksepenuhnya tercapai,
kekecewaan mendorong sebagianmereka mempropagandakan ajaran Manuisme,
Zoroasterismedan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengangerakan
Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur berusaha keras
memberantasnya. Al-Mahdibahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus
untukmengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukanmihnah dengan tujuan
memberantas bid'ah. Akan tetapi,semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka.
Konflikantara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjutmulai dari bentuk
yang sangat sederhana seperti polemiktentang ajaran, sampai kepada konflik
bersenjata yangmenumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan
Qaramithah adalah contoh konflik bersenjataitu.Pada saat gerakan ini mulai
tersudut, pendukungnyabanyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehinggabanyak
aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dandianggap menyimpang oleh
penganut Syi'ah sendiri. AliranSyi'ah memang dikenal sebagai aliran politik
dalam Islamyang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antarakeduanya sering
terjadi konflik yang kadang-kadang jugamelibatkan penguasa. Al-Mutawakkil
misalnya,memerintahkan agar makam Husain di Karbala dihancurkan.Namun anaknya,
al-Muntashir (861-862 M.) kembalimemperkenankan orang syi'ah "menziarahi"
makam Husaintersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam KhilafahAbbasiyah melalui
Bani Buwaih lebih dari seratus tahun.Dinasti Idrisiyah di Maroko dan Khilafah
Fathimiyah diMesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diridari Baghdad
yang Sunni. Konflik yang dilatarbelakangiagama tidak terbatas pada konflik
antara muslim danzindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi jugaantar
aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderungrasional dituduh sebagai pembuat
bid'ah oleh golonganAhlus Sunnah. Perselisihan antara dua golongan
inidipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinastiAbbasiyah (813-833 M.)
dengan menjadikan Mu'tazilah sebagai madzhab resmi negara dan melakukan minah.
Pada masa al-Mutawakkil (847-861) aliran Mu'tazilahdibatalkan sebagai aliran
negara dan golongan AhlusSunnah kembali naik daun. Aliran Mu'tazilah bangkit
kembali pada masa DinastiBuwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang
menganutaliran Asy'ariyyah, penyingkiran golongan Mu'tazilahmulai dilakukan
secara sistematis. Dengan didukungpenguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan
berjaya.
Berkenaan
dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
"Agama
Muhammad SAW seperti juga agama Isa as.,terkeping-keping oleh perpecahan dan
perselisihan daridalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrakyang tidak
mungkin ada kepastiannya dalam suatukehidupan yang mempunyai akhir, selalu
menimbulkankepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebihsengit dari
perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan
pengetahuan manusia. Soalkehendak bebas manusia...telah menyebabkan
kekacauanyang rumit dalam Islam... Pendapat bahwa rakyat dankepala agama
mustahil berbuat salah ... menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga’’.
4.
Ancaman dari Luar
Apa yang disebutkan di atas adalah
faktor-faktorinternal. Di samping itu, ada pula faktor-faktoreksternal yang
menyebabkan Khilafah Abbasiyah lemah dana khirnya hancur :
Pertama,
Perang Salib yang berlangsung beberapagelombang atau periode dan menelan banyak
korban.Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropaterpanggil untuk
ikut berperang setelah Paus Urbanus II(1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya.
Perang Salib itujuga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristenyang
berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, diantarakomunitas-komunitas Kristen
Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib
danmelibatkan diri dalam tentara Salib itu.
Kedua, serangan tentara
Mongol ke wilayah kekuasaanIslam. Pengaruh Perang Salib juga terlihat
dalampenyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan,panglima tentara
Mongol, sangat membenci Islam karena iabanyak dipengaruhi oleh orang-orang
Buddha dan KristenNestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang
Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara
mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat islam, ikut memperbaiki
yerussalem.
Daftar Pustaka
Munthoha, dkk. 1997. Pemikiran dan
Peradaban Islam. Jogjakarta: UII Press.
Yatim,
Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar