Teori kritis
merupakan teori yang tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip umum, tidak membentuk
sistem ide. Teori ini berusaha memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari
irasionalisme. Dengan demikian fungsi teori ini adalah emansipatoris. Ciri
teori ini adalah :
a) Kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan
sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat.
Struktur masyarakat yang rapuh ini harus diubah.
b)
Teori kritis berpikir secara historis, artinya berpijak pada proses masyarakat
yang historis. Dengan kata lain teori kritis berakar pada suatu situasi
pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya material-ekonomis.
c)
Teori kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya teori dalam suatu
bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Inilah yang
terjadi pada pemikiran filsafat modern. Menurut Madzhab Frankfurt, pemikiran tersebut
telah berubah menjadi ideologi kam kapitalis. Teori harus memilikikekuatan,
nilai dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari
kemungkinan untuk menjadi ideologi.
d) Teori kritis tidak memisahkan teori dari
praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio teoritis dari rasio praktis.
Perlu digarisbawahi bahwa rasio praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan
rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat atau sarana semata. Madzhab
Frankfurt menunjukkan bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu.
Teori kritis harus
selalu melayani transformasi praktis masyarakat. Pada dasarnya Teori Kritis
Aliran Frankfurt ingin memperjelas struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca
industri serta melihat akibat-akibat struktur tersebut dalam kehidupan manusia
dan kebudayaan secara rasional. Teori Kritis ingin menjelaskan hubungan manusia
dengan bertolak dari pemahaman rasio instrumental. Teori Kritis ingin membangun
teori yang mengkritik struktur dan konfigurasi
masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu pemahaman yang keliru tentang rasionalitas.
Frankfurt
School merupakan istilah populer untuk menyebut kelompok cendekiawan yang
terhimpun dalam Frankfurt Institute of Sosial Reaseach yang berpusat di Universitas
Frankfurt Jerman. Lembaga ini didirikan oleh Felix J. Weil pada tanggal 3
Februari 1923 dan mendapat dukungan dari sekelompok intelektual Marxian yang
berlatarbelakang berbagai disiplin ilmu pengetahun. Di antara mereka yang
terkenal adalah Max Hokheimer lahir di Stuttgart, 14 Februari 1895 – meninggal di
Nuremberg, 7 Juli 1973 pada umur 78 tahun) adalah seorang filsuf Jerman, yang
menjadi salah satu filsuf generasi pertama dari Mazhab Frankfurt. Ia lahir pada
tahun 1895 dan meninggal pada tahun 1973. Horkheimer merupakan keturunan Yahudi
dan pengaruh tradisi Yahudi terlihat dalam pandangan Horkheimer tentang Allah.
Max
Horkheimer adalah anak dari Moriz Hokheimer yang berkebangsaan Yahudi. Ia
dididik dengan ketat dan otoriter supaya dapat meneruskan usaha perusahaan
tenun ayahnya. Dalam persahabatan dengan Friedrich Pollock, ia berkenalan
dengan dunia seni. Pada waktu kemudian, Horkheimer menginggalkan perusahaan
tenun ayahnya karena ia dilarang menikahi Rose Christine Rieckher, sekretaris
ayahnya, yang berusia sembilan tahun lebih tua. Setelah itu, ia berkenalan
dengan filsafat dan belajar bahasa Perancis lewat buku yang berjudul Aphorisme
on The Wisdom of Life. Buku inilah yang akan memengaruhi pemikirannya yang
pesimistis terhadap rasionalisme yang mengajarkan kehendak buta manusia yang
mengakibatkan tragedi manusia itu sendiri.
Tahun
1923 Horkheimer lulus dengan disertasi tentang Immanuel Kant. Tiga tahun
kemudian ia dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Frankfurt dan semakin
mendalami filsafat Kant dan Hegel. Ia juga akhirnya menikahi Rose Christine
Rieckher. Setelah Perang Dunia I, perubahan peta politik membuat suksesnya
Revolusi Bolshevik di Rusia, sehingga banyak cendikiawan Jerman yang beraliran
kiri bergabung dengan Sekolah Frankfurt yang beraliran Marxisme. Dari sinilah
Horkheimer berupaya untuk menyatakan kritiknya terhadap rakyat yang dicekam
oleh kemajuan dalam kebebasan individunya.
Bulan
Januari 1931, Horkheimer diangkat sebagai direktur baru Sekolah Frankfurt.
Inilah zaman keemasan Sekolah Frankfurt, namun pada tahun 1933 yang
beranggotakan kebanyakan orang-orang Yahudi bermigrasi ke Amerika karena
tekanan Nazisme. Sekolah Frankfurt berpindah ke Amerika dan berafiliasi dengan
Universitas Columbia. Pengalamannya di Amerika makin membuat keprihatinan besar
Horkheimer terhadap masyarakat kapitalisme, sehingga pada tahun 1940 para ahli
dari Frankfurt sangat pesimis, sebab individu makin terbelenggu oleh sistem.
Pemikirannya menjadi pesimis sebab pembebasan tidak mungkin dijalankan dalam
masyarakat modern, dia pun menjadi sangat spekulatif dan refleksif, dia memilih
agar filsafat diam karena ketidakmampuannya mendorong perubahan.
Pada
tahun 1950 dia kembali ke Jerman dan menjadi inspirasi bagi gerakan mahasiswa
radikal dalam SDS (sizialisticher Deustscher Studentenbund), namun dia sendiri
tidak setuju dengan gerakan itu karena memakai kekerasan dalam melakukan aksi
demonstrasi. Kemudian Horkheimer justru ditolak oleh para mahasiswa, bahkan
dimusuhi hingga mengalami trauma.Pada akhirnya dia menjadi seorang yang
religius, sebab menurutnya kebenaran tidak mungkin ada tanpa adanya Allah. Hal
ini memengaruhi warna dari Sekolah Frankfurt juga, yang tadinya optimis menjadi
pesimis terhadap perubahan masyarakat. Dia meninggal pada 7 Juli 1973.
Dimulai
dari tahun 1931 ketika Horkheimer menjabat sebagai Direktur Sekolah Frankfurt
menggantikan Carl Grunberg, dia berpidato tentang filsafat sosial sebagai
"interpretasi filosofis tentang nasib manusia sejauh manusia bukan
dipandang sebagai individu, tetap sebagai anggota [masyarakat]]. Jadi, obyek
filsafat sosial sekarang adalah semua kelembagaan yang bersifat material dan
spiritual dari kemanusiaan secara menyeluruh", bukan filsafat yang memaksa
nilai filosofis manusia dalam pengangguran, keterasingan dan penindasan yang
dilakukan oleh kelas penguasa. Dia memakai pandangan Karl Marx dalam anggapan
bahwa kejiwaan manusia, kepribadian juga hukum, kesenian, filsafat sebagai
semata-mata cermin dari bidang ekonomi, dan bukan dengan vulgar memakai
sumbangan Hegel tentang kendali Roh, namun pada dialektika antara realitas
material dan mental. Dalam pikiran yang bergerak di bidang ideologi inilah,
ideologi dipandang sangat berperan dalam ikut mengacaukan kenyataan sosial. Dua
hal yang menjadi perhatian teori kemasayarakatan Horkheimer adalah bidang
sosiolgi politik dan kebudayaan.
Ini
adalah salah satu kutipan karya Horkheimer dalam buku Eclipse of Reason pada
tahun 1933 ketika dia di Amerika dalam puncaknya menentang kapitalisme.
“Individu-individu
sejati zaman ini adalah martir-martir yang tenggelam dalam neraka-neraka
penderitaan dan keburukan dalam perlawanan mereka terhadap perbudakan dan
penindasan. Mereka bukanlah kepribadian-kepribadian yang mendongak, kaum
terkemuka seperti lazimnya. Pahlawan-pahlawan tak dikenal itu secara sadar
menyatakan eksistensinya sebagai individu-individu terhadap pembinasaan secara
teror. Lain dengan mereka-mereka yang secara tidak sadar menanggung pembinasaan
itu lewat proses sosial. Martir-martir tak bernama dari kamp-kamp konsentrasi
adalah simbol-simbol dari kemanusiaan yang mencoba untuk lahir. Filsafat
bertugas untuk menterjemahkan apa yang mereka kerjakan ke dalam bahasa yang
dapat didengar, meski suara mereka dibungkam oleh tirani.”
Munculnya
Sekolah Frankfurt berbarengan dengan suburnya kapitalisme monopolis di Eropa.
Sekolah Frankfurt, termasuk Horkheimer memandang kapitalisme monopolis sebagai
suatu tahap kapitalisme di mana usaha-usaha raksasa menguasai pasar, mengatur
dan menentukan harga, sementara perusahaan-perusahaan kecil dengan serta mereta
digulungnya. Hal ini cenderung menghapuskan pasar dan dinamika persaingan
bebas.
Karya
yang terkenal dari Horkheimer adalah buku berjudul Dialektika Pencerahan yang
ditulis bersama dengan Adorno pada tahun 1944. Isi buku tersebut adalah kritik
terhadap modernitas, yang dipandang oleh Adorno dan Horkheimer, sebagai sejarah
dominasi atau penguasaan. Pemikiran ini mirip dengan kritik Marx. Perbedaannya
adalah Adorno dan Horkheimer tidak menjelaskan sejarah penguasaan dari hubungan
produksi, melainkan dari dorongan psikologis manusia, yakni kehendak untuk
berkuasa. Paham kehendak berkuasa tersebut diambil alih dari Nietzsche. Karena
itu, Adorno dan Horkheimer mengkritik kesadaran yang ada pada masyarakat itu
sendiri, yakni kesadaran modern dengan rasio sebagai alat utama dominasi.
Selanjutnya, mereka juga menyimpulkan bahwa Pencerahan yang dipandang sebagai
kemajuan dari cara pandang mitologis, sebenarnya telah menjadi mitos itu
sendiri. Kemudian mitos itu juga menghasilkan penindasan dan penguasaan manusia
yang satu terhadap yang lainnya. Contoh kongkret dari penindasan itu adalah
munculnya ideologi fasisme Jerman serta kemajuan teknologi yang memanupulasi
manusia.
Dalam
Dialectics of Enlightenment (1972), Horkheimer dan Adorno seolah memakai teori
sebelumnya (Marx dll) namun juga mengkritiknya. Jika Marx hanya pada
kapitalisme, maka Horkheimer dan Adorno memiliki lebih banyak aspek yang
dipikirkan; politik, alam, kamausiaan dsb.
Horkheimer
dan Adorno mengkritik 'dominasi' yang biasa dilakukan olehj filsafat barat,
bahkan karena terlalu mementingkan kemajuan dan rasionalisasi, maka alam begitu
saja menjadi obyek untuk dikuasai. Walau pun demikian, Horkheimer dan Adorno
tetap mengakui bahwa manusia membutuhkan makanan, pertanian dan industri bagi
teknologi, namun semua itu haruslah dikendalikan agar tidak menjadikan martabat
manusia mengalami kemunduran.
Namun
yang terjadi adalah identitas manusia justru direndahkan karena keinginan para
penguasa, pada pemilik industri, manusia menjadi alat bagi kemajuan teknologi.
Dalam hal ini, selain kemajuan teknologi, kakuasaan manusia juga sudah
mengalami kealpaan untuk menghargai martabat manusia lain. Hal ini terjadi
dalam peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Nazi di bawah kekuasaan Hitler
yang membantai manusia layaknya objek saja.
Aufklarung
atau pencerahan sumbangan Kant dalam diri manusia dimanfaatkan sebagai optimisme
oleh Horkheimer. Manusia yang berakal budi dapat mengeluarkan dirinya sendiri
dari keterpurukan akibat pihak di luar dirinya. Di sini, akal budi dianggap
sebagai bekal untuk mengentaskan manusia yang menurut Horkheimer irasional,
padahal manusia haruslah rasional. Lalu Horkheimer memulai teori kritisnya
dengan pertanyaan-pertanyaan; "dapatkan teori rasional tentang diri
manusia dalam lingkungannya?", "bagaimanakah teori ini menjadi
emansipatoris?", "manakah teori yang mampu mengembalikan manusia menjadi
rasional kembali?", "di mana martabat dan kepenuhan individu dapat
terpenuhi?" dsb. Dari pertanyaan-pertanyaan inilah, dia berteori berbagai
bidang sosial dalam usaha menyadarkan manusia agar tidak terjerat proses
kapitalisme yang sedang memonopoli kemanusiaannya.
Kritik-kritik
yang dipakai Horkheimer adalah kritik tradisional di mana terdapat tiga hal
yang harus dilakukan;
1.
Dia
harus curiga dan kritis terhadap masyarakat.
2.
Ia
harus berpikir historis.
3. Ia harus
tidak memisahkan teori dan praksis.
Namun
pada akhirnya terori ini gagal menurutnya. Kegagalan itu terletak pada
ketidakmampuan memberikan pengertian rasional tentang manusia dalam alam
lingkungannya. Namun sebaliknya, justru membiarkan individu terbelenggu dalam
masyarakat irasional. Dari kegagalan inilah, maka teori kritis haruslah menjadi
emansipatoris.
Ref:
Hasbullah, Moeflih.
2012. Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
http:chabib.sunan_ampel.ac.id/wp.content/uploads/2008/11/metode_berfikir_kritis.words.pdf.
diunggah pada tanggal 24-05-2013. Pukul 10.06 WIB.